Manusia dengan Prinsip (seri kehidupan)
Oleh Maksis Sakhabi*
Menjalani kehidupan sejatinya harus dengan rencana-rencana yang mungkin sudah dimunculkan sejak kita mengenal atau diperkenalkan sisi-sisi kehidupan oleh orang-orang yang mendidik kita. Mulai dari masa kanak-kanak, berpindah menjadi remaja, tumbuh dewasa, berkembang lalu tua yang sudah pasti siklus itu berjalan. Hanya saja tak seorangpun yang tahu sampai posisi mana ia akan berakhir. Yang paling penting dan baik adalah bagaimana kita mengisi kehidupan ini dengan segudang cerita yang akan dijalani dan dilewati. Karena setiap orang akan melewati waktu yang sama, namun dengan perjalanan yang berbeda-beda tergantung apa yang disusun dan dijalankannya.
Menata kehidupan
tak hanya berbekal rencana semata, dibutuhkan pula sebuah ketetapan dan
keteguhan hati untuk mencapai apa yang menjadi tujuan. Tujuan hidup setiap
orang berbeda-beda, karena akan dipengaruhi oleh pikiran pribadi yang
mendominasi. Manakala kita berpikir bahwa hidup ini akan menuju puncak kebahagiaan
dengan materi, maka perbuatan, tindakan dan pertarungan kita akan mati-matian
memperjuangkan mendapatkan materi. Ada pula yang menitikberatkan pada aspek spiritual,
sehingga perbuatan dan tindakannya selalu dikaitkan dengan perolehan nilai
spiritual untuk sebuah ketenangan jiwanya. Kemudian, ada juga yang
menggantungkan kehidupannya pada apa yang dijumpainya, lalu ia menjalankan apa
yang saat itu terjadi tanpa peduli dengan latar belakang, kemampuan yang
dimiliki atau apapun yang menjadi kepribadiannya. Pada urutan ini, seseorang
tidak mempedulikan menjadi apa mendapat apa, yang terpenting adalah apa yang
dijumpainya bisa didapatnya.
Prinsip adalah sebuah komitmen yang ditanamkan sejak kita mengenal arti kehidupan.
"Orang yang berprinsip akan menjaga keteguhan hatinya. Orang yang berprinsip akan mengatur ritme aplikatif sebuah tindakan yang diambilnya. Karena prinsip bagi orang-orang yang memiliki komitmen dalam diri adalah menjaga kebesaran jiwa dan kapasitas diri dalam kehidupannya."
Manusia dengan
prinsip sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah QS. Arra’d:29 (Orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik), ini jelas
mengajarkan tentang sebuah prinsip. Bahwa keimanan, amal dan kesalehan jika
menjadi pegangan hidup seorang muslim maka kebahagiaan yang akan didapat. Itu menunjukkan
ajaran agama memposisikan penting sebuah prinsip.
Kita sebagai
manusia beragama, menjadikan prinsip sebagai bagian rangkaian norma kehidupan. Prinsip
akan menjadi pegangan hidup, meliputi tatanan aksi dan tindakan dalam
mewujudkan cita-cita kehidupan. Orang yang berpegang teguh pada prinsip hidupnya
akan nampak teratur, tindakannya terpola, aksinya tertata, dan tujuannya terencana.
Maka, setiap manusia sejatinya harus menanamkan sebuah prinsip dalam
kehiudpannya. Pengaruh daya positif yang timbul dari orang yang meneguhkan
prinsip hidup adalah rasa percaya diri, disiplin, mandiri serta keluasan
berpikir.
Dalam potret
perjalanan kehidupan, kita sudah pasti berada dalam sebuah kompetisi dengan
yang lainnya. Disadari atau tidak, langsung atau tidak langsung, kompetisi
diantara sesama adalah bagian dari ciri makhluk sosial. Tetapi, selain ada
kompetisi manusia juga diilhami rasa saling tolong menolong. Maka, kompetisi
yang ada dan terjadi adalah kompetisi yang sehat. Sebagai makhluk sosial yang
berkelompok, berhimpun, memiliki komunitas sudah barang tentu akan beradu pada
capaian kehidupan. Hal ini pula yang mendorong manusia untuk berlomba menggapai
cita-cita dan impiannya. Bahkan, Al-Quran juga mengarahkan setiap muslim untuk
berlomba dalam kebaikan. Dengan berbekal pengetahuan wawasan dan meletakkan
prinsip hidup sebagai pedoman, segala bentuk kompetisi akan dilalui dengan
mudah dan teratur. Pada kompetisi semacam ini, hasil akhirnya bukanlah siapa
yang menang siapa yang kalah, tetapi siapa yang mencapai tujuan kehidupannya. Dan
tentu ini tidak bisa dibanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain, karena
setiap orang memiliki tujuan hidup berbeda-beda dengan jalan berbeda pula. Maka
yang terpenting adalah kompetisi ini sebagai pendorong sekaligus pendobrak rasa
takut, malas dan ingkar. Jadi, kompetisi dalam kehidupan ini diartikan sebagai
energi baru yang dimiliki setiap orang karena dengan kita menyadari sebuah
kompetisi maka kegigihan dan keuletan kita semakin bertambah dalam mencapai
tujuan hidup kita.
Seorang dokter
tentu berbeda obsesi tujuan hidupnya dengan seorang pengacara. Seorang birokrat
memiliki obsesi tujuan hidup yang berbeda dengan seorang seniman. Semua berdasarkan
apa yang dirancang, disusun, dipola lalu kemudian menanamkan prinsip untuk
menjalaninya agar tetap pada pendirian mencapai tujuan masing-masing. Disinilah
letak pemahaman sebenarnya akan sebuah prinsip hidup. Manusia dengan prinsip
adalah manusia yang memiliki karakter kuat, komitmen tinggi, dan kebiasaan yang
baik.
Hambatan-hambatan dalam hidup seringkail juga dijumpai semua orang. Terkadang ini akan menciutkan keberanian bertindak, keraguan melangkah. Jika dibiarkan ini akan berbahaya dan membahayakan. Karena dalam aspek psikologi, keadaan jiwa seseorang dipengaruhi oleh rasa. Jika rasa takut berlebihan muncul dan tak pergi-pergi maka keadaan jiwa seseorang mengalami gangguan. Sehingga perlu sekali untuk membuang rasa takut, khawatir, ragu yang berlebihan. Yakinlah bahwa kita mampu melakukan apa yang kita yakini bisa. Betapa pentinya sebuah prinsip, sebagai dasar menjalankan kehidupan. Seperti halnya agama, oleh banyak orang dijadikannya sebagai pegangan hidup, pedoman dan juga petunjuk menuju capaian terbaik. Maka, sama dengan jati diri setiap orang perlu ditanam sebuah prinsip yang kokoh agar kehidupan yang dijalaninya dapat berarti, diisi dengan aktivitas bermanfaat, terhindar dari kesia-siaan dan bisa mencapai tujuan hidup yang sudah dirancang sejak mengenal kehidupan ini.Mengenali hambatan dalam hidup harus juga bijaksana kita memposisikannya. Karena suatu hambatan apapun dalam kehidupan kita jika kita meletakkannya sebagai sebuah pembelajaran, maka sisi positif akan terlihat lebih terang di banding sisi negatif. Menyalakan lilin itu lebih baik meskipun hanya secercah cahaya ketimbang mengutuk kegelapan. Dari sana (hambatan,red.) kita belajar segala sesuatu. Jika kemuduran yang dialami kita belajar untuk maju, jika jatuh yang dialami kita belajar untuk bangun kembali. Orang yang berpinsip tidak mudah mengutuk kegagalan sebagai satu-satunya pengalaman buruk dalam hidup. Sebaliknya, ia akan menjadikan kegagalan sebagai sarana untuk maju. Dari gagal bisa menjadi berhasil, dengan apa? yaitu dengan mensyukuri apa yang sudah dilewati. Maka bangunlah Kembali, melangkah lebih tertata, menjalaninya dengan lebih optimis, maka keteguhan itu yang akan mengantar kita pada hal-hal yang besar yang kita jumpai. Karena hal-hal yang besar tidak datang dari zona nyaman saja, melainkan dari hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan juga akan menjadikan kehidupan memiliki warna. Bahwa yang dialami seseorang tidaklah hanya satu urusan semata. Orang sukses lebih berpotensi melewati warna-warni kehidupan. Segudang pengalaman, segudang cerita tentang kehidupan akan ditemui melalui hambatan. Maka jangan pernah menjadikan hambatan sebagai penghalang, teruslah berjuang melewati hambatan. Perjuangan dalam melewati hambatan perlu rasa semangat yang tinggi, percaya diri yang kuat, mental yang kokoh, dan semua itu didapat dalam prinsip hidup kita. Manusia dengan prinsip adalah manusia kokoh, yang mampu melewati segala hambatan, rintangan serta ujian dalam hidupnya. Ada pepatah arab terkenal, yaitu Ujian itu memuliakan seseorang atau menghinakannya. Jadi, apapun bentuk hambatannya tergantung bagaimana kita mampu menyelesaikannya, jika kita konsisten dan komitmen dengan prinsip hidup kita maka kita termasuk sebagai orang yang tak mudah terkecoh, melihat hal-hal menarik lainnya lalu kemudian kita melupakan tujuan utama, atau Ketika melihat bahaya di depan kita urung untuk maju melangkah, memilih berdiam di tempat dan tidak bergerak. Ingat, keberhasilan adalah milik orang-orang yang berani, bergerak, melangkah maju ke depan. Manusia dengan prinsip akan mampu maju kedepan melewati hambatan dan rintangan yang dijumpainya. Mulailah saat ini kita bertekad menguatkan Kembali prinsip hidup kita yang rapuh, kuatkan dengan optimisme kita, bahwa kita mampu menggapai apa yang menjadi impian kita untuk masa depan kita.
*penulis adalah Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Komentar
Posting Komentar