Berguru pada Pengalaman
Oleh: Maksis Sakhabi
Sebuah ungkapan yang sering kita jumpai dalam seminar motivasi adalah Pengalaman sebagai Guru Terbaik, atau Experience is the best teacher. Nampaknya memang banyak yang menilai bahwa pengalaman sebagai sebuah peristiwa atau kejadian yang dialami setiap orang, dan di dalamnya ditemukan pelajaran, edukasi dan pendidikan. Bahwa dalam perjalanannya setiap orang pasti memiliki pengalaman. Bentuknya berupa apa saja. Rasanya pun bisa pahit, manis, sedih, gembira, baik, buruk dan seterusnya. Ini karena setiap orang bebas memilih jalan kemana ia pergi, dan kemana ia melangkah. Maka, di situlah ada pengalaman orang yang berbeda-beda.Satu profesi belum tentu berpengalaman sama. Satu wadah/organisasi juga belum tentu berpengalaman sama. Seorang psikolog ternama, William Jones mengemukakan bahwa pengalaman merupakan sejumlah kesadaran yang dimiliki individu setelah adanya interaksi antara dirinya dengan objek maupun dengan orang lain. Interaksi dan objek adalah dua hal yang membentuk kesadaran individu. Jika seseorang berinteraksi kepada orang lain atau dengan lingkungannya maka ia akan mempelajari dari kesadarannya itu. Artinya, akan ada sesuatu hal yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, juga akan timbul sesuatu hal yang dirasa bahagia atau sedih, menarik atau tidak menarik, suka atau tidak suka dan seterusnya. Inilah yang kemudian menjadi pelajaran bagi orang yang mengalami proses interaksi tersebut.
Dalam banyak kisah, pengalaman juga dapat menolong seseorang dari bahaya yang mengancam. Jika satu kejadian buruk yang pernah dialami seseorang, dan pada waktu yang lainnya mengalami hal serupa maka pilihan-pilihan menentukan arah dan langkah selanjutnya akan dengan mudah ia putuskan, tentunya untuk tidak mengulangi keburukan yang pernah dialaminya akibat salah memilih atau salah langkah. Itulah pengalaman mampu menyelamatkan seseorang dari bahaya. Pengalaman juga dapat memposisikan seseorang secara terhormat di tempat terhormat. Dalam suatu perkara penilaian akademik seorang mahasiswa tingkat akhir, terjadilah perdebatan para penilai yang terdiri dari para profesor dengan latar keilmuan yang berbeda-beda. Dua mahasiswa yang dianggap memiliki kecakapan akademik yang sama rata, disebabkan perolehan nilai yang sama persis pula, ditambah dengan tingkat kehadiran yang keduanya tak pernah absen meninggalkan kelas perkuliahan. Di situlah terjadi kebingungan siapa yang hendak dinobatkan menjadi mahasiswa terbaik untuk mewakili universitas pidato di forum PBB dengan membawakan pandangan tentang Peran Pemuda untuk Dunia. Singkatnya, dokumen-dokumen itu berupa nilai akademik semester I hingga 8, karya-karya ilmiah yang pernah dipublikasikan, dan sertifikat-sertifikat kejuaraan debat ilmiah dari berbagai perguruan tinggi, satu persatu mulai disingkirkan. Lalu, apa yang hendak dinilai oleh para penilai tadi. Tidak lain adalah satu persatu ia buka file-file digital yang terekam dalam akun media sosial kedua mahasiswa tadi. YouTube, Instagram, Facebook, dan sebagainya mulai dilihat. Dan, isinya adalah berupa pengalaman-pengalaman berharga kedua mahasiswa itu dalam kemasyarakatan, sosial, politik, organisasi dan sebagainya. Barulah dapat diputuskan untuk menobatkan siapa yang akan diutus dari kedua mahasiswa itu.
Sungguh pengalaman hidup yang terjadi dalam kehidupan akan membawa dampak positif bagi siapa yang memetik pelajaran darinya. Karena setiap orang mendapatkan pengalaman akan tetapi hanya beberapa yang mendapatkan pelajaran darinya. Maka, belajar dari sebuah pengalaman adalah hal baik dan tidak merugikan. Belajar dari pengalaman, seseorang akan menemukan jalan mudah. Belajar dari pengalaman, seseorang akan mengisi posisi tertentu. Belajar dari pengalaman, seseorang akan menjadi guru bagi yang lainnya.
Komentar
Posting Komentar